Apa itu Mental Model? – Arti dan Contohnya pada Web Design

Dalam konteks web design, mental model adalah konsep desain seperti yang diharapkan pengguna berdasarkan pengalamannya. Dengan kata lain, konsep ini merupakan desain web yang sesuai dengan ekspektasi pengguna.

DAFTAR ISI

Dalam dunia UI/UX design, mental model adalah istilah yang sering disebutkan. Istilah ini berkaitan dengan konsep desain untuk memprediksi interaksi pengguna dalam mengakses produk.

Dengan ini, desainer akan menghasilkan produk yang sesuai dengan ekspektasi pengguna.

Lantas, apa saja contohnya dan bagaimana cara membuatnya? Nah, Anda membuka artikel yang tepat.

Kali ini, kami akan menyajikan rangkuman informasi lengkap tentang topik ini, mulai dari arti mental model hingga cara menerapkannya pada web design. Pastikan membaca sampai akhir, ya!

Apa itu Mental Model dalam Web Design?

Pada dasarnya, pengertian mental model adalah konsep atau kerangka kerja yang dapat membantu untuk menafsirkan kemungkinan interaksi seseorang dengan dunia nyata.

Konsep ini berkaitan dengan cara berpikir manusia, proses menerima informasi, serta mengambil sebuah keputusan.

Dalam konteks web design, mental model adalah konsep desain seperti yang diharapkan pengguna berdasarkan pengalamannya.

Dengan kata lain, konsep ini merupakan desain web yang sesuai dengan ekspektasi pengguna.

Misalnya, ketika Anda menyediakan dua tombol berwarna hijau dengan tulisan “OK” dan tombol merah dengan tulisan “Cancel”. 

Tanpa memperhatikan tulisan, kemungkinan besar pengguna akan mengetahui kedua fungsi tombol tersebut berdasarkan pengalamannya ketika berinteraksi dengan produk lain.

Nah, menerapkan konsep model mental dapat menghindari kesalahan interaksi dari pengguna.

Mental model adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pembuatan desain web.

Sebab, konsep ini dapat memprediksi interaksi dan ekspektasi pengguna, sehingga akan meningkatkan user experience dari website tersebut.

Hal yang perlu dicatat dari konsep ini, mental model setiap pengguna mungkin berbeda dan berubah-ubah karena adanya pengalaman atau kebiasaan lain.

Fungsi Mental Model dalam UI/UX Design

Fungsi utama dari penggunaan konsep mental model adalah untuk memastikan bahwa pengguna dapat berinteraksi sesuai ekspektasi mereka.

Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan pengalaman pengguna atau user experience.

Ketika menciptakan desain web, UI/UX designer harus merancangnya berdasarkan kebutuhan pengguna akhir untuk memastikan mereka dapat berinteraksi dengan baik. 

Desainer harus mampu berempati pada ekspektasi pengguna, salah satu caranya adalah dengan menerapkan konsep ini.

Itulah sebabnya mengapa mental model adalah konsep yang tepat untuk memahami ekspektasi pengguna dalam berinteraksi dengan produk yang Anda ciptakan.

Contoh Mental Model pada Web Design

Setelah memahami pengertian dan fungsinya, apakah Anda masih belum mendapatkan gambaran?

Simak beberapa contoh dan jenis-jenis mental model berikut ini untuk membantu Anda memahaminya!

1. Shopping Carts

Ketika mengunjungi website e-commerce, pasti Anda sudah tak asing dengan shopping carts atau keranjang belanja, bukan?

Fitur keranjang belanja dalam web e-commerce tersebut juga merupakan salah satu dari contoh mental model UX.

Saat melakukan online shopping, ekspektasi pengguna adalah seperti berbelanja pada umumnya.

Mereka akan mengumpulkan barang belanjaan di sebuah keranjang, lalu akan membayarnya jika semua produk sudah didapatkan.

Hal itu juga diaplikasikan pada online shopping dengan menerapkan mental model. UI/UX designer perlu memberikan fitur keranjang untuk menampung semua produk sebelum mereka membayarnya. 

Biasanya, mereka akan mengecek total harganya terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran.

Oleh karena itu, Anda juga harus menyesuaikan pengalaman pengguna dalam berinteraksi dengan website e-commerce.

2. Back Button

Contoh lain dari penggunaan konsep mental model adalah back button atau tombol kembali. Mayoritas pengguna memiliki ekspektasi ketika mengklik tombol kembali, maka mereka akan dikembalikan kepada halaman sebelumnya. 

Misalnya, ketika pengguna membuka salah satu halaman konten berjudul A, lalu tidak sengaja mengklik internal link yang mengarahkannya ke konten berjudul B.

Pada kasus tersebut, kemungkinan mereka akan mengklik back button untuk kembali ke konten A, bukan ke homepage atau halaman lainnya.

Anda harus memastikan bahwa tombol kembali tersebut sesuai dengan ekspektasi pengguna. Jangan menggunakan back button untuk fungsi pembatalan.

Sebab, ketika pengguna mengklik tombol kembali, berarti dia berharap untuk membuka halaman sebelumnya.

3. Search Bar

Mental model adalah konsep yang harus diterapkan pada fitur search bar atau bilah pencarian.

Sebab, ketika Anda menyediakan search bar, tentu saja pengguna berekspektasi untuk bisa mencari sesuatu secara kustom dari website tersebut.

Jika Anda menyertakan dua search bar atau lebih pada satu halaman dengan tujuan yang berbeda, pengguna mungkin akan kebingungan untuk membedakannya.

Contohnya, pada desain web perpustakaan berikut terdapat dua search bar.

Bilah pencarian pertama berfungsi untuk mencari segala informasi dari website, sedangkan yang kedua berfungsi untuk mencari penelitian akademis.

Jika pengguna mengetikkan pencarian pada search bar kedua untuk mencari informasi, lalu mereka tidak menemukannya, maka mereka akan menganggap bahwa website Anda tidak menyediakan informasi tersebut.

Maka dari itu, mental model adalah konsep yang penting untuk menghindari kebingungan tersebut. Sebab, konsep ini dapat memperkirakan ekspektasi dari pengguna.

Cara Membuat Web Design dengan Mental Model

Lantas, bagaimana caranya untuk membuat web design dengan konsep model mental? Simak beberapa langkahnya berikut!

1. Menentukan Target User

Langkah pertama untuk membuat desain dengan mental model adalah menentukan pengguna yang akan menjadi target Anda.

Untuk menentukannya, Anda dapat membuat user persona agar lebih mudah dalam mengidentifikasi kebutuhan mereka.

Membuat desain web sesuai dengan preferensi target pengguna akan meningkatkan pengalaman pengguna, sehingga mereka lebih nyaman untuk menggunakan produk Anda.

2. Riset

Setelah itu, Anda juga perlu untuk mencari referensi tentang penggunaan mental model pada beberapa website dengan target yang sama.

Namun, bukan berarti Anda harus menerapkan semua desain mereka pada website Anda.

Dari web design mereka, mungkin Anda dapat memperkirakan ekspektasi apa yang dipikirkan oleh pengguna dalam mengakses website tersebut.

Jadi, cobalah untuk memposisikan diri sebagai pengguna untuk memudahkannya.

3. Membuat Wireframe dan Prototype

Untuk membuat website dengan model mental, Anda perlu merancang wireframe dan prototype untuk mengilustrasikan konsep desain yang tepat.

Selain itu, Anda juga dapat menggunakan opini dan ulasan dari orang lain untuk mempelajari kebutuhan mereka.

4. Mempelajari Trend Design

Mental model dapat dipengaruhi dari trend desain yang sedang ramai digunakan banyak orang.

Oleh karena itu, Anda juga perlu mempelajarinya agar tidak tertinggal dengan trend yang sedang hype di kalangan pengguna.

Akan tetapi, bukan berarti Anda harus mengaplikasikan setiap trend pada web design. Anda juga perlu berbagai pertimbangan apakah trend desain tersebut perlu diterapkan atau tidak.

Dengan demikian, utamakan untuk memperhatikan kebutuhan pengguna yang sesuai target Anda.

Itulah beberapa rangkuman informasi tentang mental model dalam konteks web design yang perlu Anda ketahui.

Kesimpulannya, mental model adalah konsep yang perlu Anda terapkan pada desain web untuk memastikannya sesuai dengan ekspektasi pengguna.

Artikel cara mengadopsi sebagai contoh konten evergreen
Ilustrasi dua orang bertransaksi secara direct sales
Customer loyalty yang membuat pelanggan kembali bertransaksi
Kenaikan transaksi pada bisnis karena keberhasilan customer retention

Ikuti Update Informasi dari Sitespirit!

Cantumkan email Anda untuk mendapatkan informasi penawaran terbaik, update berita dan artikel, serta portofolio dari Sitespirit.