SDLC, 3 Model & Cara Kerjanya untuk Pengembangan Software

SDLC adalah singkatan dari Systems Development Life Cycle yang berguna dalam proses pembuatan atau pengembangan sistem. Tujuannya adalah mengefisiensikan biaya pengembangan software dan meningkatkan kualitas dan menjadikannya lebih ramah penggunaannya. Selain itu, model yang dimiliki SDLC juga beragam, mulai dari Waterfall hingga Agile.

DAFTAR ISI

Apakah kalian pernah merasakan ketidaknyamanan saat berada di pelayanan instansi publik? Atau memakan waktu yang lama ketika ingin mengurus sesuatu yang berkaitan dengan berkas atau dokumen? Masalah tersebut tidak jarang mendapat beberapa keluhan dari masyarakat.

Akibat birokrasi yang masih belum memadai adalah salah satu akibat  kurang mengoptimalkan sistem informasi berbasis digital.

Sebelum kita membahas SDLC, alangkah baiknya kita membahas pengertian sistem informasi. Sistem informasi adalah sebuah kombinasi dan teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi digital untuk mendukung operasi dan kegiatan manajemen.

Dalam kata lain, adalah sistem yang memiliki ruang lingkup pada interaksi, proses algoritma, data, dan teknologi.

SDLC adalah akronim dari Systems Development Life Cycle atau bisa disebut sebagai siklus hidup pengembangan sistem. SDLC adalah proses atau pembuatan sistem, model, serta metodologi yang diperlukan untuk mengembangkan sebuah software milik pelanggan atau perusahaan.. 

Cara kerja SDLC adalah mengefisiensikan biaya pengembangan software dan meningkatkan kualitas dan menjadikannya lebih ramah penggunaannya. Namanya juga adalah siklus pengembangan, maka akan melalui tahapan evaluasi.

Model-Model SDLC

Model SDLC
Model-Model SDLC © Unsplash.com

SDLC atau System Development Life Cycle tentu saja memiliki jenis yang beragam. Keberagaman ini tentu akan mempermudah kalian dalam merancang sebuah produk. Dalam dunia pengembangan software, model SDLC inilah yang menuntun kalian untuk menyelesaikan tahapan-tahapan untuk menyempurnakan sistem. 

Inilah beberapa model-model SDLC, antara lain:

1. Metode Waterfall

Waterfall method adalah metode SDLC yang familiar di kalangan pengembangan software. Model SDLC ini memiliki bentuk seperti waterfall (air terjun) yang mengalir dari atas ke bawah. Berarti pengerjaannya adalah dimulai dari tahapan awal hingga terakhir secara berurutan. 

Pada metode waterfall method, ada beberapa tahapan yang perlu dilewati antara lain, pengenalan dan analisis persyaratan, membuat desain software, uji coba dan implementasi, hingga operasi dan pemeliharaan sistem.

Kelebihan dari metode waterfal adalah memiliki proses yang runtut, tidak saling tumpang tindih. Kekurangannya adalah memakan jangka waktu yang lama, serta kurang efisien untuk proyek yang memiliki kompleksitas yang tinggi.

2. Metode Agile

Metode selanjutnya adalah agile. Metode agile cenderung lebih fleksibel dan pengembangan dilakukan pada jangka pendek. Metode ini jika dilakukan dengan benar akan menghasilkan produk dengan kualitas baik. Biaya pengembangan dan waktu yang terpakai menjadi lebih efisien. 

Hasil dari model kerja ini tidak bisa dilihat secara signifikan dalam satu waktu dan berulang (iteratif) . Perlu adanya perhatian dan adaptasi yang cepat terhadap perubahan. Kelebihan menggunakan metode ini adalah kita dapat mengetahui sebuah masalah dengan cepat serta bisa memperbaikinya secara mudah. 

Kekurangannya adalah model pengembangan ini kurang sesuai untuk anggota team yang besar, serta harus siap dengan perubahan sistem yang terjadi.

3. Metode Prototype

Metode prototype adalah adalah pendekatan baru dalam dunia pengembangan perangkat lunak. Mengubah beberapa kelemahan dari metode-metode lama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hasil dari model prototype kemudian mampu dipersentasikan kepada pengguna. Pengguna berhak memberikan masukan dan saran sehingga produk jadi benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

Tahapan-tahapan metode ini meliputi analisis kebutuhan, membuat prototype, mengevaluasi prototype, mengkodekan sistem, pengujian sistem, evaluasi sistem, menggunakan sistem. Kelebihan menggunakan prototype adalah pengguna dapat ikut serta dalam membangun sistem, sehingga meminimalkan sebuah perbaikan untuk hasil pengembangan yang kurang sesuai.

Sehingga, bisa mempersingkat waktu pembuatan sistem. Kelebihan yang lain adalah terjadi interaksi antara pengembang dan pengguna, sehingga kegiatan pengembangan bisa berjalan lebih lancar dan saling terbuka. 

Cara Kerja SDLC

Cara kerja SDLC pada model-model yang sudah disebutkan di atas tadi, secara garis besar memiliki poin-poin yang sama. Prinsip kerja yang pertama adalah menganalisa kebutuhan adalah langkah utama dalam melakukan pengembangan sistem. Dalam tahapan ini, developer bertugas menginput data dari customer, marketing, dsb. Kedua, mereka akan melakukan sebuah perencanaan. 

Perencanaan di sini harus berdasarkan data-data dan analisa yang jelas mengenai produk yang akan dikembangkan. Memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari sebuah model SDLC adalah sebuah keharusan untuk meminimalkan resiko yang terjadi,  termasuk juga biaya yang dikeluarkan. 

Tahap ketiga adalah perancangan. Rancangan disini adalah merealisasikan perencanaan menjadi design plan atau DDS. Pada fase ini, munculah sebuah diskusi bersama pelanggan atau perusahaan untuk meninjau keberlangsungan sistem. 

Jika terdapat hal yang kurang sesuai, maka perbaikan bisa dilakukan sesegera mungkin. Jika tidak, maka biaya akan membengkak dan tidak seimbang dengan pemasukan.

Tahap keempat adalah eksekusinya. Di sinilah pembuatan kode dilaksanakan. Tim engineer akan membuat bahasa pemrograman sesuai dengan permintaan. Selanjutnya ada tahapan pengujian. Produk yang dibuat tidak serta merta langsung dipasarkan. Pengujian ini perlu untuk mengetahui apa ada kesalahan, bagian mana yang tidak berjalan sesuai dengan rencana.

Tahapan keenam, adalah proses pemasaran produk. Produk yang sudah diuji coba, dan mendapatkan hasil yang yang baik, maka berpeluang besar untuk dipasarkan atau diluncurkan. Namun, telinga kita tidak boleh kebal terhadap masukkan dari pengguna supaya penyempurnaan produk tetap berjalan terus-menerus.

Fase terakhir adalah pemeliharaan. Mengapa harus dipelihara? Pemeliharaan ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk. Produk yang sudah diluncurkan dilakukan pemeliharan bertujuan untuk mengurangi error dan pembaharuan terhadap perubahan teknologi yang terjadi.

Kesimpulan

  1. SDLC adalah proses atau pembuatan sistem, model, serta metodologi yang diperlukan untuk memgembangakn sebuah software miliki pelanggan atau perusahaan.
  2. Ada beberapa model-model SDLC yang familiar, contohnya adalah waterfall, agile, dan prototype.
  3. Cara kerja sebagian besar model-model SDLC adalah analisa kebutuhan, perencanaan, rancangan, pembuatan kode, uji coba, pemasaran produk hingga pemeliharaan. 

Nah, itulah bahasan mengenai SDLC (System Development Life Cycle), model, dan cara kerjanya. Pembuatan SDLC adalah sebuah keharusan untuk mendapatkan kualitas software yang user-friendly, efisien, serta berkualitas.

Nantikan artikel selanjutnya seputar teknologi, marketing, hingga networking pada kesempatan selanjutnya!

Artikel cara mengadopsi sebagai contoh konten evergreen
Ilustrasi dua orang bertransaksi secara direct sales
Customer loyalty yang membuat pelanggan kembali bertransaksi
Kenaikan transaksi pada bisnis karena keberhasilan customer retention

Ikuti Update Informasi dari Sitespirit!

Cantumkan email Anda untuk mendapatkan informasi penawaran terbaik, update berita dan artikel, serta portofolio dari Sitespirit.